Breaking News
Loading...
Sabtu, 03 Januari 2015

Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan

16.35


I. Pendahuluan
Dalam pembahasan ini, kami mencoba menjelaskan tentang sumber-sumber ilmu pengetahuan. Tentu yang dianggap sebagai sumber pengetahuan itu beragam dan berbeda sebagaimana beragam dan berbedanya aliran pemikiran manusia. Selain pengetahuan itu mempunyai sumber, juga seseorang ketika hendak mengadakan kontak dengan sumber-sumber itu, maka dia menggunakan alat untuk memperoleh pengetahuan. Alat tersebut ialah indera, akal dan hati. Namun sering disalah artikan , bahwa akal, indra dan hati tersebut sebagai sumber pengetahuan.
Di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan sumber-sumber yang dipakai oleh indra, akal dan hati untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Yang dalam pencapaian pengetahuan , akal, indra , dan hati , masing-masing mempunyai sumber tersendiri.

II. PEMBAHASAN
Sumber pengetahuan adalah tanda-tanda yang ada di dalam alam semesta, yang ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, atau dalam berbagai peristiwa sosial dan berbagai aspek bangsa dan masyarakat, dalam akal atau prinsip-prinsip yang sudah jelas dan di dalam hati .
Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik), Alam akal (nalar) dan Hati (intuisi dan ilham) .

A. Alam Semesta (Alam Fisik)
Manusia sebagai wujud yang materi, maka selama di alam materi ini ia tidak akan lepas dari hubungannya dengan materi secara interaktif. Hubungan manusia dengan materi , menuntutnya untuk menggunakan alat yang sifatnya materi pula, yakni indra, karena sesuatu yang materi tidak bisa diubah menjadi yang tidak materi . Contoh yang paling nyata dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula adalah aktivitas keseharian manusia di dunia ini, seperti makan, minum, dan lain sebagianya. Dengan demikian, alam semesta yang materi merupakan sumber pengetahuan yang paling awal dan indra merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan dari alam fisik ini .

Pengetahuan yang bersumber dari indra-indra lahiriah seperti hasil dari melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa adalah suatu jenis pengenalan dan pemahaman yang bersifat lahiriah, permukaan, dan tidak mendalam. Berhubungan dengan alat dan sumber pengetahuan ini tidak terdapat perbedaan antara manusia dan hewan, karena keduanya sama-sama dapat melihat, mencium, merasa, dan mendengar, bahkan pada sebagian binatang mempunyai indra yang sangat kuat dan tajam dibanding manusia.

Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam fisik. Pengetahuan indrawi bersifat parsial, disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing indra menangkap objek atau sesuatu yang berbeda menurut perbedaan indra dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu, oleh karena itu, secara objektif, pengetahuan yang ditangkap satu indra saja, tidak dapat dipandang sebagai pengetahuan yang utuh . Namun pengetahuan indrawi menjadi sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang pertama menuju pengetahuan yang lebih utuh. Dalam filsafat Aristoteles klasik pengetahuan lewat indra termasuk dari enam pengetahuan yang aksioamatis (Analityca Posteriora). Benda-benda alam seperti bumi, langit, matahari, lautan, dan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang dapat ditangkap manusia dengan indra disebut sebagai hal yang dapat disimpulkan atau dipersepsi .

B. Alam Akal (Nalar)
Kaum Rasionalis, selain alam semesta atau alam fisik, meyakini bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja. Indra hanya merekam atau memotret realita yanng berkaitan dengannya, namun yang menyimpan dan mengolah adalah akal. Karena kata mereka, indra saja tanpa akal tidak ada artinya, dan untuk meng-generalisasi-kan indra juga dibutuhkan akal.
Alam akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan karena :
1. Dalam pemikiran, Akal menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan menarik kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus tertentu dari hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah logika disebut silogisme kategoris demonstratif.
2. Mengetahui konsep-konsep yang general. Mengatakan bahwa pengetahuan akal tentang konsep yang general melalui tiga tahapan, yaitu persentuhan indra dengan materi, perekaman ke dalam benak, dan penyimpulan.
3. Pengelompokkan Wujud. Akal mempunyai kemampuan mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-realita yang dikelompokkan ke dalam substansi, apakah benda itu bersifat cair atau keras, dan lain sebagainya.Pemilahan dan Penguraian.
4. Akal dapat menggabungan dan dapat menyusun. Akal juga dapat memilah dan menguraikan.
5. Kreativitas. Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan mengeluarkan pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.
Sebagian konsepsi-konsepsi dan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh manusia tidak mungkin bersumber dari indra dan empiris, melainkan hanya dapat diperoleh dengan perantaraan akal dan rasio, seperti konsepsi-konsepsi tentang Tuhan, jiwa, dan yang sejenisnya. Menurut Imam Khomeni, manusia secara fitri bersandar pada argumentasi akal dan demonstrasi rasional, yakni fitrah manusia tunduk pada dalil dan burhan akal. Itulah fitrah yang dikhususkan bagi manusia dan tidak ada perubahan dalam penciptaan Tuhan.
Al-Ghazali mengatakan, bahwa akal juga termasuk sumber ilmu pengetahuan sekaligus sebagai alat mencapai pengetahuan,. Akal itu sebagai kekuatan fitri sehingga membuat manusia lebih tinngi dibandingkan dengan hewan. Diperjelas dalam karyanya Ihya ‘Ulum Ad-din bahwa yang menjadi jiwa rasional adalah akal . Sama halnya menurut Immanuel Kant bahwa Akal mengucapkan putusan-putusan. Artinya, akal menyimpulkan yang ditangkap oleh indra, bagaimanakah sifat, bentuk, kandungan dan proses yang ada pada objek atau sesuatu yang ditangkap oleh indra tersebut .

C. Hati (Intuisi dan Ilham)
Kaum empiris memandang bahwa sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka pengetahuan tentang inmateri tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi ( theosofi) yang meyakini bahwa ada sesuatu hal yang lebih luas dari sekedar materi, mereka meyakini keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya tidak mungkin lewat indra tetapi lewat akal dan hati. Hati dapat merasakan sesuatu hal lain yang bukan bersifat materi, tetapi merasakan apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya sendiri seperti rasa sakit, rasa lapar, dan sebagainya. Seperti yang tertulis di batu nisan kant, bahwa “Ada dua hal yang sangat mengundang decak kagum manusia, yaitu langit berbintang di atas kepala kita, dan hati nurani di dalam diri kita . Intinya, Kant sendiri meyakini bahwa yang merupakan sumber ilmu pengetahuan selain alam semesta adalah hati. Menurut Henry Bergson, Intuisi adalah semacam kekuatan rohani atau tenaga rohani untuk menyelami hakikat segala kenyataan yang tentunya telah mendapat kesadaran diri .

Menurut Murtadha Muthahhari, untuk sampai kepada tingkatan manusia sempurna , para filosof berpegang pada argumen-argumen akal. Akan tetapi mereka memandang bahwa argumentasi akal berada pada tataran yang rendah, tidak mencukupi, dan bahkan terkadang melahirkan kesalahan, maka dari itu mereka begitu sangat menekankan unsur-unsur lain selain akal, seperti menapaki jalan-jalan spiritual.

Para filosof meletakkan akal dan indra-indra lahiriah sebagai alat untuk mengenal alam yang terendah (alam materi, alam mulk, alam kegelapan), sementara alam-alam lain yang bersifat metafisik (alam malakut dan alam cahaya) hanya dapat disingkap dengan cara intuisi, mukasyafah, musyahadah, dan pensucian hati. Walaupun pengetahuan rasional itu melahirkan bentuk-bentuk keyakinan tertentu akan tetapi sangatlah terbatas, sedangkan keyakinan dan makrifat yang dihadirkan oleh intuisi dan hati lebih sempurna, mendalam, dan bersifat abadi. Peran argumen-argumen akal dalam hal ini lebih pada penegasan terhadap dasar-dasar akidah dan asas-asas keagamaan bagi kalangan-kalangan awam.

Dalam konteks islam, pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan khas manusia . Pengetahuan ini sebenarnya juga berada pada akal budi manusia, tetapi yang dibedakan disini adalah menekankan pada sistematika dan kekuatan metodologis. Selain itu, terdapat sumber pengetahuan lagi dalam perspektif islam, yaitu Ilham dan wahyu. Hal ini disebutkan sebagai sumber pengetahuan tertinggi di luar struktur pengalaman dan pengetahuan rasio, bahkan diluar jangkauan akal. Para filosof sufilah yang memaparkan hal ini. Pengetahuan wahyu juga dapat mengungkap tabir metafisik .

Muhyiddin Arabi memandang bahwa hati itu bersumber dari rahmat Tuhan dan bahkan lebih luas dari rahmat Tuhan itu sendiri, karena hati dan kalbu para insan kamil dan urafa ialah satu-satunya “wadah” yang dapat menerima hakikat-hakikat Ilahi.
Menurutnya, dari dimensi bahwa manusia itu mempunyai hati, maka dirinya akan senantiasa mengalami perubahan dan fluktuasi di antara alam-alam penciptaan serta “tempat” bagi manifestasi Tuhan dalam bentuk yang berbeda-beda. Manifestasi Tuhan inilah yang dikatakan sebagai ilmu, pengetahuan, makrifat, dan syuhud. Ilmuwan seperti Pascal, William James, A. Carrel, dan Albert Einsten mengakui bahwa fakultas hati itu begitu banyak mengilhami lahirnya berbagai penemuan ilmiah dan rakayasa teknologi.

Sumber pengetahuan wahyu dan Ilham tergambar dalam Karya terpenting Filosof Ilahiah Mulla Shadra Al-Hikmah Al-Muta’aliyah fi Asfar Al-A’qliyah Al-Arba’ah menerangkan, “Sesungguhnya ruh manusia jika lepas dari badan dan berhijrah menuju Tuhannya untuk menyaksikan tanda-tanda-Nya yang sangat besar, dan juga ruh itu bersih dari kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan ketarkaitan, maka akan tampak padanya cahaya makrifat dan keimanan kepada Allah yang maha tinggi. Cahaya itu jika menguat dan mensubstansi, maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh para ahli disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat kenabian disebut ruh yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat, maka terpancar di dalamnya yakni ruh manusia yang suci rahasia-rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak darinya hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya sensual mata, gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata jika tidak terhalang tabir. Tabir dalam pembahasan ini adalah pengaruh-pengaruh alam fisik dan kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh (jiwa) sesuai dengan bentuk ciptaannya mempunyai kelayakan untuk menerima cahaya hikmah dan iman jika tidak dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang berkaitan dengannya “
Kemudian beliau melanjutkan, “Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan yang bersifat keduniawian dan kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya kepada yang benar, maka jiwa itu akan berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan akan tampak padanya rahasia alam dan terpantul padanya kesucian qudsi .” Dapat dikatakan bahwa wahyu dan ilham merupakan sumber pengetahuan yang paling tinggi .

Perbedaan antara Wahyu dan ilham ialah Pengetahuan tentang alam gaib yang dicapai manusia lewat hati jika berkenaan dengan pribadi seseorang saja disebut ilham atau, dan jika berkaitan dengan bimbingan umat manusia dan penyempurnaan jiwa mereka dengan syariat disebut wahyu.

Dalam pengetahuan akli dan rasional, manusia mengetahui dan memahami sesuatu, sedangkan dalam pengetahuan hati dan intuisi, sesuatu tersebut hadir dalam jiwa seseorang dan bersifat “dirasakan” serta dihayati. Pengetahuan intuisi diraih dengan suatu penghambaan hakiki kepada Yang Maha Mutlak dan ilham-ilham yang hadir dalam jiwa manusia dalam bentuk emanasi.

III. kesimpulan
Sumber Ilmu pengetahuan secara garis besar itu meliputi alam semesta dengan melalui alat yang dinamakan indra, Alam akal atau imajinasi juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan alat pencapaiannya yakni akal. Tetapi yang lebih tinggi dari semuanya adalah wahyu dan ilham atau dapat dikatakan hati. Yang perlu dipahami dalam makalah ini adalah Semua sumber ilmu pengetahuan ini adalah satu kesatuan, yang saling berhubungan untuk memperoleh sesuatu pengetahuan yang lebih kompleks dan jelas.
Kami mengakui dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan dan kekeliruan. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang itu merupakan suatu pelajaran yang penting yang dapat kami ambil agar dalam mekalah lain kami berusaha dengan sebaik-baiknya untuk memperbaiki dan lebih memahami tentang pembahasan makalah.

Daftar pustaka
1. MA, Zainuddin, 2006. “Filsafat Ilmu”. Lintas Pustaka. Jakarta
2. Abdul Hakim, Atang, 2008. “Filsafat Umum”. Pustaka Setia. Bandung
3. Muthahhari, Murtadha, 2006. “Manusia dan Alam Semesta”. Lentera. Jakarta
4. Supriyadi, Dedi, 2009. “Pengantar filsafat Islam”. Pustaka Setia. Bandung
5. Tafsir Ahmad, 1997. Filsafat Umum,Remaja Rosdakarya. Bandung




Semoga Bermanfaat....
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer