Bagaimana Membalas Kebaikan Teman Beragama Non Muslim?
Assalamualaikum
Teman kantor dan tetanggaku yang Nasrani adalah orang yang lemah lembut kepada saya. Ia selalu mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha kepadaku, apakah saya tidak boleh mengucapkan selamat atas hari rayanya?
Waalaikum salam warahmatullahi wa barakatuh
Wahai saudaraku:
Ketika kita membaca Al-Qur’an, kita sering kali mendapati ayat yang menjelaskan perbedaan antara Islam, syirik dan kufur. Sebagaimana yang saya pahami bahwa pengertian “tidak sama” (La Yastawun) menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan di antara sebutan itu dan sering disebutkan setelah menjelaskan konsep tauhid. Tidak ada yang aneh, karena ia merupakan hasil awal dari kepercayaan kepada tauhid.
Jadi saudaraku, tidak benar kalau kita mengatakan, ‘Sebagaimana dia telah berlaku baik terhadap agamaku maka saya juga harus berbuat baik atas agamanya.’ Karena kedua agama ini tidak ada yang sama. Tidak benar jika kita mengatakan, ‘Sebagaimana saya meyakini agama saya benar maka berarti ia juga memandang agamanya benar.’ Berdasarkan logika ini, maka orang Yahudi, Budha dan Hindu itu juga memandang bahwa agama mereka adalah yang benar.
Dalam perkara seperti ini, kita tidak boleh menyembunyikan keyakinan dan berusaha melegakan teman atau tetangga yang non-Muslim dengan cara mengucapkan selamat atas hari raya mereka. Akan tetapi yang tepat adalah kita berpikir bagaimana membebaskan mereka dari kesyirikan yang dapat menghilangkan keselamatan akhirat mereka.
Dia berbuat baik kepadamu, dan berlaku lemah lembut di depanmu? Maka balaslah jasanya dengan mengajaknya untuk menerima agama Allah agar selamat dari api neraka. Inilah yang dinamai dengan kelemahlembutan sejati. Anda justru berbuat kejam dan tega bila selalu bersamanya selama bertahun-tahun hanya membiarkannya dalam kesia-sian, padahal di hati kamu ada hidayah yang ia butuhkan.
Hendaklah mereka—yang tidak menerima pendapat ini—tahu bahwa saya memiliki murid, teman dan kenalan yang beragama Nasrani, hubungan saya dengan mereka sangat baik walaupun tanpa harus berbasa-basi mengucapkan selamat atas keyakinan mereka.
Hubungan kita berjalan atas dasar keadilan, kebaikan dan berusaha keras untuk kebaikan mereka dalam urusan agama maupun urusan dunia. Sungguh sampai sekarang saya telah mengajar sepuluh mahasiswa Nasrani, mereka saya pandang dengan rasa hormat dan menempatkan pada posisinya sampai mereka selesai studi. Saya menganjurkan kepada seluruh siswa yang lulus dan melihat saya memiliki kesalahan agar mengingatkan saya, jika lupa atau berbuat salah dalam bermuamalah.
Nabi Saw juga bermuamalah dengan orang non-Muslim, demikian juga dengan para sahabat dan tabiin. Mereka hidup bercampur baur dengan orang-orang Nasrani dan Yahudi dalam waktu yang cukup lama. Namun bersamaan dengan itu, tidak ada satu hadits pun, baik shahih maupun dhaif yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw, para sahabatnya atau tabiin yang mengucapkan selamat atas hari raya orang Nasrani atau Yahudi.
Bahkan sebaliknya, yang kita ketahui adalah Nabi saw menyeru seorang anak laki-laki Yahudi yang telah menolongnya untuk masuk Islam sebelum ajalnya datang. Beliau keluar dari rumah anak tersebut dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka.” Beliau tidak pernah mengucapkan selamat atas hari rayanya.
Bergaul dengan non-Muslim dalam kehidupan sosial, seperti berkunjung, menolong ketika mendapat musibah, atau mengucapkan selamat atas suatu keberhasilan kerja. Semua ini tidak dilarang dalam syariat selama ketentuan syar’inya benar, semua itu secara umum tidak ada hubungannya dengan ucapan selamat atas hari raya mereka yang berkaitan dengan agamanya.
Wahai orang yang tetap memberi ucapan selamat atas hari raya Nasrani, berapa banyak kawan atau tetanggamu yang Nasrani itu telah kamu ajak untuk menerima Islam? Berapa kali kamu mencoba untuk membebaskan mereka dari api neraka? Apakah kamu telah bersungguh-sungguh mengajaknya untuk menerima agama Allah setiap tahunnya ketika mengucapkan selamat atas hari raya mereka, ucapan yang termasuk dari syiar agama yang kamu seru kepada mereka agar keluar dari agamnya?!
Ibnu Qoyyim—orang yang paling lunak hatinya dan paling semangat menyampaikan hidayah kepada manusia—berkata dalam kitabnya Ahkam Ahlu Dzimmah, “Ucapan selamat terhadap syiar-syiar khusus orang kafir adalah haram menurut kesepakatan ulama. Yaitu seperti mengucapkan selamat atas hari raya mereka, dia berkata, ‘Keberkahan atas Hari Rayamu.’ Atau ucapan lain yang semisal.
Dalam hal ini, meskipun yang mengucapkan itu selamat dari kekufuran, ia tetap terjatuh dalam perbuatan haram. Karena sama saja mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib, bahkan hal itu termasuk dosa yang paling besar di sisi Allah, lebih besar daripada dosa minum khamer, membunuh manusia, berzina atau semisalnya. Barangasiapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang atas kemaksiatannya, bid’ahnya atau perbuatan kufurnya maka sungguh dia sedang mengharap murka Allah swt.
Reporter: M. Fakhruddin
Editor: Agus Abdullah
Sumber: Diambil dari tulisan Dr Iyad Qunaibi di halaman resminya.
0 komentar:
Posting Komentar